Personal Boundaries jadi Titik Awal untuk Mengenal Diri Sendiri

Mengenal diri sendiri adalah menerima dan menghargai diri sendiri. Dengan begitu, ketika kita dihadapkan dengan sebuah pilihan, dengan pilihan apapun yang kita ambil, merupakan hasil dari pertimbangan matang yang telah melibatkan keinginan dan kemampuan kita.

Walau begitu, tidak sedikit yang merasa kesulitan mengenal diri sendiri karena alasan yang beragam, salah satunya seperti tekanan dari lingkungan yang terkesan “memaksa” kita untuk mengikuti standar yang ada.

Sejak kecil, saya sudah terbiasa dengan lingkungan yang ramai dan didominasi oleh orang yang lebih dewasa. Seiring berjalannya waktu, lingkungan pertemanan sayapun semakin meluas. Hal tersebut membuat saya bermain dengan banyak kalangan, karena pada saat itu saya merasa bahwa memiliki banyak teman merupakan sebuah keharusan, hingga akhirnya saya lupa untuk memilah lingkungan pertemanan.

Pada masa itu, memiliki banyak teman merupakan hal yang menyenangkan. Namun, tanpa disadari saya menjadi melupakan diri saya sendiri. Sebagai contoh, saya menjadi pribadi yang selalu mengiyakan apapun yang lingkungan saya inginkan, walaupun sebenarnya tidak saya inginkan, dan saya berpura-pura nyaman dengan situasi yang ada, walaupun saya merasa tidak nyaman pula.

Selama beberapa tahun ke belakang saya merenungkan apa yang telah saya lakukan dan apa yang telah saya lalui. Ternyata saya kehilangan rasa nyaman karena terlalu mementingkan orang lain, terlebih ketika saya sedang ada di titik terendah. Tidak ada yang perduli kecuali diri saya sendiri, dan nyatanya saya memang tidak bisa terus menerus bergantung pada orang lain.

Seiring berjalannya waktu, circle pertemanan saya semakin mengecil dan menyadarkan saya bahwa memiliki banyak teman bukanlah sebuah keharusan. Namun, bagaimana kualitas lingkungan yang bisa membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik. Hal ini membuat saya bisa lebih merenungkan kesalahan di masa yang sudah saya lalui, bagaimana saya harus merespon orang lain, bagaimana lingkungan yang saya inginkan, berani untuk menolak ajakan, memilah dan memilih lingkungan positif, yang pada akhirnya saya mulai bisa mengenal dan mengembangkan diri saya sendiri.

Meskipun membutuhkan waktu yang tidak singkat, mau tidak mau saya harus menikmati proses ini, karena ketika kita sudah memiliki personal boundaries, maka saya akan lebih mengenal diri saya sendiri. Hingga saat ini, saya merasakan perubahan, diantaranya saat ini saya tidak terlalu banyak memikirkan orang lain, bukan berarti menjadi pribadi yang egois, namun saya lebih mementingkan skala prioritas yang ada.

Sangat disayangkan, dewasa ini media sosial menjadi tolak ukur anak-anak muda yang membuat mereka kehilangan identitas aslinya, demi mendapatkan “validasi” dari lingkungan sekitar. Orang bijak pernah berkata, bertemanlah dengan pedagang parfum. Maksudnya bagaimana kita bisa berteman dengan lingkungan yang positif, agar kita pun bisa menjadi orang yang lebih baik lagi. Sebagai mahluk sosial, tentunya kita perlu bersosialisasi. Tinggal bagaimana kita bisa secara bijak memilih lingkungan yang suportif, dan menjauhi lingkungan toxic.