Kisah Inspiratif Seorang Guru PAUD Penyandang Disabilitas

Tak kenal menyerah, itulah kata yang paling mengambarkan semangat Sriyono Abdul Qohar. Meskipun, dibalik kesuksesannya mendirikan PAUD, banyak pengalaman pahit yang dirasakan pria yang mendapatkan penghargaan Kategori Penyandang Cacat (baca; disabilitas) Peduli PAUD ini.

Kisah Sriyono berawal dari perjuangannya melamar di berbagai sekolah di tanah kelahirannya di Blora, Jawa Tengah. Sejak lulus dari D2 STAIM Blora, Sriyono melamar sebagai guru diberbagai tingkat, mulai dari SD, Madrasah Ibtidaiyah (MI), hingga Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri maupun Swasta.

Selama 4 tahun, Sriyono ditolak semua sekolah yang ia lamar dengan alasan posisi guru yang dicari telah terisi, padahal saat itu, dia tahu bahwa sekolah itu masih membutuhkan guru yang dicari.

Akhirnya, Sriyono memutuskan untuk melanjutkan S1 di STAIM Blora. Sebelum lulus, pada tahun 2008, ia mendapat informasi bahwa pemerintah sedang mengadakan perencanaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Lalu, Sriyono mencari orang tua yang memiliki anak usia dini dan memiliki keinginan untuk menyekolahkan anak-anaknya.

Sriyono berhasil mendapatkan 23 anak yang akan menjadi muridnya, dan ia memberanikan diri untuk mengajukan proposal pendirian PAUD. Alhasil, pada 1 November 2009, Dinas Kabupaten Blora menyetujui proposal Sriyono. Sekolah PAUD tersebut lalu dinamakan PAUD Gembira Ria, dimana konsepnya adalah inklusi gratis untuk anak usia dini. Tujuan utamanya adalah menampung anak-anak difabel yang orang tuanya merasa malu menyekolahkan anaknya di sekolah umum.

Sriyono tak pernah sekalipun mengharapkan gaji dari sekolah PAUD yang ia dirikan. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Sriyono bekerja serabutan mulai dari bergabung dengan komunitas difabel hingga memperbaiki alat-alat elektronik. Bahkan, sisa uang dari kebutuhan sehari-hari ia belanjakan untuk keperluan peralatan  sekolah PAUD miliknya.

Meski tidak pernah mendapatkan gaji dan menggunakan peralatan seadanya, Sriyono dan istrinya begitu bersemangat memberikan pendidikan untuk anak usia dini. Dia juga sangat memperhatikan murid-muridnya dengan jenis disabilitas yang sangat beragam, mulai dari tuna rungu, tuna wicara hingga grahita.

Kegigihannya inilah yang membuatnya terus maju meski ia terlahir sebagai penyandang disabiitas motorik/tuna daksa. Sriyono juga telah menjadi potret seorang guru difabel yang sudah 10 tahun mengabdi untuk mendidik anak-anak usia dini khususnya anak – anak dengan disabilitas.

Sriyono merasa bangga karena bisa berkontribusi untuk membangun PAUD dan memberikan kesempatan untuk anak usia dini penyandang disabilitas, agar bisa belajar bersama teman lainnya secara tatap muka. Sriyono juga memberikan semangat kepada para penyandang disabilitas agar mereka bisa terus berkarya dan tetap semangat.

 

 

Disadur dari

https://edukasi.kompas.com/read/2019/11/11/10220561/kisah-inspiratif-sriyono-guru-paud-penyandang-disabilitas-dari-blora?page=all

https://news.detik.com/berita/d-5827167/kisah-pantang-menyerah-guru-penyandang-disabilitas-di-pekanbaru

https://www.ipoedkakipalsu.com/kisah-inspiratif-guru-paud-penyandang-disabilitas-dari-blora/